Minggu, 25 Desember 2011

Murid penyihir yang beriman kepada Allah

                                               Murid penyihir yang beriman kepada Allah


Dari Shuhaib, Rasul Saw. bersabda: “Pada jaman dahulu ada seorang raja yg memelihara tukang sihir, dan disaat tukang sihir itu menginjak usia lanjut, ia menasehati sang raja, supaya mempersiapkan pengganti sewaktu-waktu ia mati. Oleh karena itu, carilah seorang pemuda yg dapat dididik menjadi tukang sihir. Alkisah, sesudah melacak ke berbagai daerah, raja menemukan seorang pemuda yg patut kiranya dididik menjadi pengganti tukang sihir yg sdh lanjut usia itu. Maka mulailah pemuda itu belajar sihir sesuai waktu2 tertentu di rumah tukang sihir, dan secara kebetulan jalan yg dilewati pemuda itu (dari rumahnya ke tempat tukang sihir) terdapat seorang pendeta yg mengajar agama secara aktif di rumahnya.  Alkisah lama kelamaan tertariklah pemuda itu mendengarkan ajaran2 yg disampaikan pendeta tersebut, ia merasa simpati dan puas terhadapnya, sehingga datangnya ke tempat tukang sihir menjadi terlambat, maka setiap itu pula ia mendapat hukuman tukang sihir. Dan hal itu disampaikan kepada pendeta, lalu ia diberi nasehat oleh sang pendeta, katanya: “Jika kau takut dihukum tukang sihir, jelaskan kepadanya, bahwa kau masih disuruh ibumu, dan jika kau terlambat pulang kerumah, jelaskanlah ke ibumu kalau kau masih diberi pelajaran oleh tukang sihir.”
Maka, dengan petunjuk pendeta tersebut, ia dapat belajar sihir dg baik (maksudnya tidak dihukum baik oleh tukang sihir maupun oleh ibunya sendiri), sehingga pada suatu hari ketika ia berjalan, tiba2 ditengah jalan ada seekor hewan besar yg mengakibatkan lalu lintas didaerah itu menjadi terganggu, jalan menjadi macet karena orang2 menjadi takut. Lalu pemuda itu berkata: “Pada hari ini aku ingin tahu pasti, apakah tukang sihir itu yg lebih baik pelajarannya ataukah pelajaran agama dari pendeta htu?” Kemudian diambilnya sebuah batu seraya berkata: “Ya Allah, jika pelajaran dari pendeta itu lebih baik dari tukang sihir, maka tewaskanlah hewan yg buas ini, supaya masyarakat merasa aman lalu lintas dijalan ini.”

Dilemparkan batu itu pada tubuh hewan buas itu,dan tewaslah ia, sehingga lalu lintas masyarakat pulih aman lagi. Lalu kejadian itu dilaporkan kepada pendeta, dan dijawab oleh sang pendeta: “Sekarang kau lebih hebat daripada aku, ingatlah kau akan mendapat cobaan, maka disaat itu jangan sekali-kali kau menyebut namaku”. Alkisah, pemuda itu diberi karunia oleh Allah, hingga dapat mengobati/menyembuhkan segala macam penyakit yg sulit sembuhnya seperti buta mata, belang dan penyakit2 sulit lainnya. Sehingga tersiarlah berita seorang pemuda yg dapat menyembuhkan berbagai penyakit ini keseluruh pelosok kerajaan. Di istana kerajaan, ada seorang kawan raja yg menderita sakit mata hingga buta, ikhtiar telah dilakukan ke dokter mana aja, tapi tiada seorangpun yg dapat menyembuhkannya akhirnya dibawa kepada pemuda tersebut dan dibawanya pula hadiah yg tiada terhingga banyaknya, katanya: “Kalau kau dapat menyembuhkan penyakitku ini, maka semua barang yg kuhimpun ini kuhadiahkan kepadamu”. Jawabnya: “Aku tidak mampu menyembuhkan penyakitmu, karena yg menyembuhkan adalah Allah Swt, maka jika kau beriman kepadaNya, aku akan berusaha memanjatkan do’a kepadaNya, lalu Dia akan menyembuhkanmu”. Alkisah ia segera beriman, dan berdo’alah pemuda itu, maka saat itu juga ia dapat melihat matanya yg semulanya buta.

Kemudian kembalilah ia ke istana raja, dan takjublah raja itu melihat kawannya sudah dapat melihat lagi, raja bertanya: “Siapakah yg dapat menyembuhkan penyakitmu?” Jawabnya: “Tuhanku. Adakah Tuhan bagimu selain aku? Jawabnya: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah Swt”. Karena marahnya, segera ia disiksa dan raja menyerukan supaya ia mau kembali pada agama rajanya semula, namun ia tetap beriman kepada Allah, dan raja semakin muncaka amarahnya dengan tiada hentinya ia dianiaya, sehingga ia menunjukkan pemuda yg menyembuhkan penyakitnya itu.
Alkisah, pemuda itu dipanggil dan ditanya oleh raja: “Hai anakku, hebat sekali ilmu sihirmu itu, hingga mampu mnyembuhkan penyakit buta dan belang. Jawabnya: “Sungguh, aku tiada kemampuan menyembuhkan penyakit apapun, kecuali Allah yg menyembuhkannya. Lalu ia disiksa pula oleh raja, sehingga dg berat ia menunjukkan gurunya yaitu sang pendeta. Alkisah, pendeta itu dipanggil dan diserukan supaya murtad atas agamanya, namun karena ia tetap menolak seruan sang raja, akhirnya ia dibelah tubuhnya dg gergaji menjadi dua, tewaslah pendeta tersebut. Selanjutnya kawan raja itupun diserukan lagi supaya murtad terhadap agamanya, namun karena ia tetap menolak seruan sang raja, maka dibunuhlah ia dengan cara yang menewaskan pendeta sebelumnya. Kemudian diserukan pula kepada sang pemuda, supaya murtad terhadap agamanya, tetapi ia tetap menolaknya.
Lalu raja mengerahkan sepasukan tentara militant sypaya membawa pemuda itu ke atas sebuah bukit,  dan nantinya pemuda itu akan dilemparkan bila tidak mau murtad atas agamanya, sesampainya di atas sebuah bukit berdo’alah pemuda itu: “Ya Allah, selamatkanlah aku dari penganiayaan mereka sekehendakMu,” maka dengan kekuasaan Allah, bukit itu bergerak dan berjatuhanlah sepasukan tentara militant sang raja yg ditugaskan menewaskan pemuda itu. Lalu kembalilah pemuda itu menghadap raja, ditanyakan kepadanya: “Kemanakah sepasukan tentara militan yg membawamu?”  Jawabnya: “Allah telah menyelamatkanku dari penganiayaan mereka.” Kemudian raja menugaskan angkatan lautnya, supaya membawa pemuda itu ke tengah samudra dengan sebuaah kapal laut, maka dari atas kapal itu akan dibinasakan dan dilemparkan ke dasar lautan yg luas jika pemuda itu tetap menolak ajakan sang raja, namun sesampainya di samudra yg luas pemuda itu memanjatkan do’a: “Ya Allah, selamatkanlah aku dari penganiayaan mereka sekehendakMu” maka dg iradat dan kekuasaan Allah, tenggelamlah kapal laut  berikut pasukan angkatan laut raja itu. Lalu kembalilah pemuda itu menghadap raja, ditanyaka kepadanya: “Kemanakah armada angkatan laut yg membawamu itu?” Jawabnya: “Allah yg menyelamatkanku dari penganiayaan mereka,” kata pemuda itu: “Hai raja, sia2lah usahamu karena kau takkan bisa membunuhku  kecuali jika kau mau mendengarkan nasehatku” Jawabnya: ”Apakah nasehatmu hai pemuda” jawab pemuda: “Kerahkan rakyatmu supaya berkumpul disuatu lapangan yg luas dan terbuka, lalu gantunglah aku disebuah tiang, dan ambillah anak panahku dari tempatnya, letakkanlah pada busurnya, kemudian lepaskanlah kearah tubuhku seraya mengucapakan: “Dengan meyebut asma Allah, Tuhannya pemuda ini.” Maka jika kau laksanakan nasehatku ini, pasti kau dapat menewaskanku.”
Alkisah, raja melaksanakan apa yg dinasehatkan pemuda tersebut. Sesudah anak panah diletakkan pada busurnya dg disakasikan seluruh rakyat dari segenap penjuru kerajaan, lalu dilepaskanlah kea rah pemuda yg digantung di tiang, maka ucapan: “Dengan menyebut asma Allah, Tuhannya pemuda ini.” Dikeluarkan dari mulut raja disaksikan oleh selruh rakyatnya. Tepat mengenai pelipis pemuda itu, dan ia memegang lukanya itu hingga meninggal dunia. Maka seluruh rakyat yg menyaksikan peristiwa ini, secara bersamaan menyatakan beriman kepada Allah, Tuhannya pemuda itu.
Kemudian setelah raja itu mendengar pernyataan iman dari seluruh rakyatnya kepada Allah, maka semua aparat kerajaan ditugaskan supaya memulihkan kepercayaan rakyat terhadap agama mereka yg semula, yakni dg menggali parit disetiap persimpangan jalan dan mengisinya dg api besar yg menyala-nyala, lalu setiap orang yg lewat dijerumuskan ke parit, apabila menolak ajakan raja.
Alkisah, segenap aparat kerajaan melaksanakan tugasanya dg disiplin tanpa memandang bulu/jenis (pria/wanita), hingga tibalah saatnya seorang wanita membawa anak bayinya, ia diseur supaya murtad terhadap agamanya, tetapi ia tetap menolak, dan ketika ia bersama bayinya akan dijerumuskan kedalam parit yg apinya menyala-nyala tersebut, tiba2 wanita tidak sampai hati memandang bayinya yg belum berdosa, ia menjadi ragu, tetapi akhirnya bayi itu mendesak, katanya: “Hai Ibu, bersabarlah (maksudnya mengajak Ibunya masuk ke dalam parit yg berapi), sungguh Ibu berada diatas agama yg benar.” (HR. Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar