4. Pertandingan
Sorak sorai gemuruh suara penonton
meliputi GOR Bima Malang. Penonton semakin ramai ingin melihat pertandingan
seleksi Karate memperebutkan piala Kapolda Cup. Pertandingan dimulai dari
“Kata” yaitu gerakan-gerakan Karate yang memang dikhususkan untuk
Kejuaraan/Pertandingan. Kata itu dalam setiap gerakannya mengandung makna baik
tangkisan, pukulan, tendangan dan dirangkai atau digabung menjadi suatu gerakan
yang berirama dan teratur. Seandainya di Pencak Silat dinamai Jurus
(Kembangan). Akhirnya yang ditunggu-tunggu penonton telah tiba. Pertandingan
Kumite akan dimulai. Kumite atau pertandingan diibaratkan puncak dari Karate.
Disana mereka harus mengeluarkan segala kemampuannya baik itu secara skill
(tehnik), mental maupun fisik.
*****
Kini tiba saatnya untuk pertandingan
ke-3 dan nama Yayant telah dipanggil melalui pengeras suara. Yayant telah
mempersiapkan diri dan memasuki arena pertandingan dan terkejutlah dia melihat
siapa lawan tandingnya, ternyata si Andre telah menunggunya. Wasit telah berada
ditengah mereka. Posisi kuda-kuda telah mereka persiapkan.
“Hajime!” Wasit memberi aba-aba
dimulainya pertandingan.
Andre bersiap dengan posisi
kuda-kudanya dan terlihat sangat serius, sedangkan Yayant terlihat santai posisi
kuda-kudanya dan terlihat agak kagok. Hal itu disebabkan ada rasa enggan
dihatinya melihat lawan tandingnya adalah teman yang semalam baru dikenalnya.
Mata saling menatap tajam namun mereka belum saling menyerang. Kebimbangan hati
masih melanda Yayant namun Andre pun belum melihat celah untuk melancarkan
serangan. 30 detik tidak terasa telah berlalu ketika tiba-tiba:
“Syaaa...”
“Duk..” suara yang didengar Yayant.
Hidungnya terkena pukul, darah terasa
mengalir cepat berkumpul dibelakang kepala, terasa berat dan dia sempat merasa
bumi bergetar sejenak. Tubuhnya terasa limbung namun dia berusaha menguasai
diri. Ketika Yayant dapat menguasai dirinya secara fisik, kemarahan dan
semangat bertarungnya mulai membara. Tekadnya telah bulat dan tak akan ada lagi
rasa “sungkan” dihatinya.
*****
“Ippon!” teriak wasit.
“Osh..”
teriak Andre merespon cepat dan terlihat sekali kalau dia senang mendapatkan
nilai 2 angka. Gemuruh didada Yayant semakin besar. Di usaplah hidung untuk
melihat apa ada darahnya, ternyata tidak ada.
Sekarang Yayant mulai serius,
diambilnya posisi kuda-kuda “Zenkutsu Dachi” tangan terkepal didepan dada.
Konsentrasi tinggi dia kerahkan, matanya menatap semakin tajam. Dia cari sela menanti
kelengahan lawan. Ketika celah pertahanan lawan terbuka, dia kerahkan tenaga
dengan tendangan “Mae Geri”:
“Syaaa..”
“Duk..” Musuh terlempar sejauh 2 meter
karena kerasnya tenaga tendangan Yayant. Andre jatuh bergulingan. Namun dia
langsung berdiri tapi kelihatan sekali kalau ia shock terkena tendangan telak
pas diulu hatinya. Yayant merasa hatinya agak lega karena telah memberikan
serangan balasan dan pikirnya akan mendapat angka.
Namun..
“Keikoku.. Pelanggaran!” kata wasit.
“Hah?!”
Yayant merasa heran akan keputusan
wasit, “Apa wasit tuh nda’ liat apa ketika hidung gue tadi kena pukul sama
lawan? Gue aja merasakan sakit sampai sekarang dan tadi ditahan-tahan supaya
nda’ jatuh. Apa karena gue tadi tidak jatuh ketika dipukul dan lawan jatuh terguling
kena tendangan lalu dianggap pelanggaran?” rutuk hati Yayant.
Memang dalam pertandingan Kumite di
Karate bila salah satu peserta melancarkan pukulan atau tendangan terlalu keras
dan musuh sampai jatuh atau kesakitan dianggap “pelanggaran” dan akan dikasih
peringatan. Yayant juga tahu itu. Meski dia merasa diperlakukan tidak adil, dia
tidak melanjutkan protesnya dan menghargai keputusan seorang wasit. Namun teman
setimnya tidak setuju dengan pendapat Yayant. Akhirnya pertandingan
dilanjutkan.