Selasa, 17 Juli 2012

DUA HATI-4


   4. Pertandingan



         Sorak sorai gemuruh suara penonton meliputi GOR Bima Malang. Penonton semakin ramai ingin melihat pertandingan seleksi Karate memperebutkan piala Kapolda Cup. Pertandingan dimulai dari “Kata” yaitu gerakan-gerakan Karate yang memang dikhususkan untuk Kejuaraan/Pertandingan. Kata itu dalam setiap gerakannya mengandung makna baik tangkisan, pukulan, tendangan dan dirangkai atau digabung menjadi suatu gerakan yang berirama dan teratur. Seandainya di Pencak Silat dinamai Jurus (Kembangan). Akhirnya yang ditunggu-tunggu penonton telah tiba. Pertandingan Kumite akan dimulai. Kumite atau pertandingan diibaratkan puncak dari Karate. Disana mereka harus mengeluarkan segala kemampuannya baik itu secara skill (tehnik), mental maupun fisik.

                                                             *****


         Kini tiba saatnya untuk pertandingan ke-3 dan nama Yayant telah dipanggil melalui pengeras suara. Yayant telah mempersiapkan diri dan memasuki arena pertandingan dan terkejutlah dia melihat siapa lawan tandingnya, ternyata si Andre telah menunggunya. Wasit telah berada ditengah mereka. Posisi kuda-kuda telah mereka persiapkan.
         “Hajime!” Wasit memberi aba-aba dimulainya pertandingan.
         Andre bersiap dengan posisi kuda-kudanya dan terlihat sangat serius, sedangkan Yayant terlihat santai posisi kuda-kudanya dan terlihat agak kagok. Hal itu disebabkan ada rasa enggan dihatinya melihat lawan tandingnya adalah teman yang semalam baru dikenalnya. Mata saling menatap tajam namun mereka belum saling menyerang. Kebimbangan hati masih melanda Yayant namun Andre pun belum melihat celah untuk melancarkan serangan. 30 detik tidak terasa telah berlalu ketika tiba-tiba:
         “Syaaa...”
         “Duk..” suara yang didengar Yayant.
         Hidungnya terkena pukul, darah terasa mengalir cepat berkumpul dibelakang kepala, terasa berat dan dia sempat merasa bumi bergetar sejenak. Tubuhnya terasa limbung namun dia berusaha menguasai diri. Ketika Yayant dapat menguasai dirinya secara fisik, kemarahan dan semangat bertarungnya mulai membara. Tekadnya telah bulat dan tak akan ada lagi rasa “sungkan” dihatinya.


                                                              *****

         “Ippon!” teriak wasit.
         “Osh..” teriak Andre merespon cepat dan terlihat sekali kalau dia senang mendapatkan nilai 2 angka. Gemuruh didada Yayant semakin besar. Di usaplah hidung untuk melihat apa ada darahnya, ternyata tidak ada.
         Sekarang Yayant mulai serius, diambilnya posisi kuda-kuda “Zenkutsu Dachi” tangan terkepal didepan dada. Konsentrasi tinggi dia kerahkan, matanya menatap semakin tajam. Dia cari sela menanti kelengahan lawan. Ketika celah pertahanan lawan terbuka, dia kerahkan tenaga dengan tendangan “Mae Geri”:
         “Syaaa..”
         “Duk..” Musuh terlempar sejauh 2 meter karena kerasnya tenaga tendangan Yayant. Andre jatuh bergulingan. Namun dia langsung berdiri tapi kelihatan sekali kalau ia shock terkena tendangan telak pas diulu hatinya. Yayant merasa hatinya agak lega karena telah memberikan serangan balasan dan pikirnya akan mendapat angka.
         Namun..
         “Keikoku.. Pelanggaran!” kata wasit.
         “Hah?!”
         Yayant merasa heran akan keputusan wasit, “Apa wasit tuh nda’ liat apa ketika hidung gue tadi kena pukul sama lawan? Gue aja merasakan sakit sampai sekarang dan tadi ditahan-tahan supaya nda’ jatuh. Apa karena gue tadi tidak jatuh ketika dipukul dan lawan jatuh terguling kena tendangan lalu dianggap pelanggaran?” rutuk hati Yayant.
         Memang dalam pertandingan Kumite di Karate bila salah satu peserta melancarkan pukulan atau tendangan terlalu keras dan musuh sampai jatuh atau kesakitan dianggap “pelanggaran” dan akan dikasih peringatan. Yayant juga tahu itu. Meski dia merasa diperlakukan tidak adil, dia tidak melanjutkan protesnya dan menghargai keputusan seorang wasit. Namun teman setimnya tidak setuju dengan pendapat Yayant. Akhirnya pertandingan dilanjutkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar