3. Malam Sebelum Pertandingan
Seminggu kemudian, Yayant sudah berada
di Pangkalan Abdurrahman Saleh (PASKAS) Malang
untuk mengikuti Kejuaraan Kapolda Cup. Yayant jadi ikut berangkat bersama tim
Karate daerahnya setelah menjual kaset koleksi grup band DEWA miliknya mulai
dari album pertama sampai terakhir. Harga yang cukup mahal menurut Yayant
karena nilai historisnya dan ia berharap hasilnya sesuai dengan prestasi yang
diharapkan.
Yayant berjalan santai menikmati
pemandangan dan suasana di PASKAS Malang.
Bangunan tua dan suasana yang tenang dengan deretan gedung besarnya
mencerminkan sedikit suasana angker. Yayant berjalan melewati barak-barak yang
diperuntukkan bagi para kontingen seleksi Karate se-Jawa Timur. Beberapa
kontingen daerah membentuk kelompok-kelompok kecil mencoba melatih
gerakan-gerakan “Kata” untuk pertandingan, “Kumite” ringan sesama teman memperlihatkan
semangatnya yang tinggi untuk meraih prestasi. Dengan santainya Yayant melewati
mereka dan terkadang berhenti sejenak melihat gerakan-gerakan Karatenya, dengan
“pede” pula ia mengenakan “sabuk putih lumutan” yang selama ini ia pakai. Tiada
rasa gentar yang menjalani jiwanya, yang ada malah semangat berkobar mendapati
lawan-lawan tangguh yang akan dihadapinya.
Ketika ia melewati tempat kelompok
Karateka dari wakil kota Kediri, ada salah satu peserta nyeletuk:
“Wah, mas sampeyan ini sabuk putih sungguhan
ataukah sabuk putih gadungan?”
“He.. he.. saya sabuk putih sungguhan
kok,” sahut Yayant.
“Ah, masa’ sih.. Karateka sabuk putih
tidak akan berani dan lolos dari seleksi daerah dan mewakili kotanya. Tentu
sampeyan bercanda kan?”
“Hmm.. itu terserah anda mau percaya
atau tidak, buat saya tidak ada masalah.”
Selanjutnya obrolan-obrolan mengalir
santai tanpa terasa dan Yayant pun semakin banyak mengenal teman-teman
kontingen wakil Kediri.
Kini Yayant tahu bahwa yang berbincang-bincang dengan dia bernama Andre,
berwajah oval sepintas mirip dengan Ade Rai (atlet Binaraga kebanggaan
Indonesia) namun berpostur tinggi kurang lebih 175 cm dan dia menyandang sabuk
hitam. Andre sepertinya sebagai pemimpin kelompok kota
Kediri itu
terlihat dari teman-temannya yang sangat menghormatinya dan kata-kata Andre
sering dijadikan panutan ataupun petunjuk. Yayant tidak tahu bahwa
perkenalannya dengan Andre akan mempengaruhi prestasi yang akan dikejarnya
meskipun ia tahu diri dan selalu menempatkan posisinya sebagai “underdog” serta
mencoba untuk “nothing to lose”.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar