Senin, 09 Juli 2012

DUA HATI-1


1. Wakil Rakyat


               
         Di malam hari ini, ditengah kota suwar suwir yang kecil namun indah berlalulalang sepeda motor dengan berbagai mereknya, beberapa mobil dengan cutting stickernya, beberapa buah sepeda pancal dengan keceriaannya dan becak-becak yang berseliweran mewarnai kehidupan kota kabupaten ini.
         Amar berjalan santai sambil melihat sekitarnya, dijantung kota suwar suwir ini dia melihat begitu banyak perubahan yang terjadi setelah ditinggalnya merantau. Banyak warung lesehan yang berjualan ditrotoar alun-alun membuat wajah kota ini terkesan kumuh bahkan kalau kita lewat trotoar tersebut terkadang bau tak sedap menyergap hidung. Hal ini disebabkan karena beberapa “oknum” penjual warung lesehan membuang sisa-sisa makanannya ke “lubang jalan trotoar” berhari-hari, berbulan-bulan hingga sisa-sisa makanan tersebut menumpuk dijalan air bawah trotoar, mengendap menimbulkan bau yang menyengat bahkan bila dimusim penghujan bisa dipastikan banjir atau genangan air akan melanda disekitar alun-alun.
         Ketika Amar melihat jalan di depan masjid Jami’ Jember, ia ingat akan perbincangannya dengan salah satu  pelayan katering ketika salah satu temannya mengadakan hajatan.
         “Mas, ngomong-ngomong saya merasa jalan di Jember ini kok tambah ruwet yah?”
         “Emang kenapa mas Amar?” balas pelayan catering.
         “Begini mas, sekarang kan didepan masjid Jami’ dibikin trotoar dan ada pohon kelapa sawit segala padahal sebelum saya merantau ke Surabaya itu kan jalan raya dimana segala macam kendaraan bermotor dan kendaraan tradisional berseliweran melintasi jalan itu. Nah, sekarang dengan digantinya fungsi jalan raya tersebut menjadi trotoar dan ada pohon kelapa sawit bisakah anda bayangkan atau rasakan perbedaan manfaat dari perubahan tersebut?”
         “Mas Amar, itukan hak seorang Bupati sebagai kepala daerah. Terserah dia dong mau tata kota gimana,” tandas pelayan katering.
         “Saya tahu itu tapi bukankah kepala daerah dipilih oleh rakyatnya?! Seharusnya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dia keluarkan haruslah memihak rakyat atau mengutamakan kepentingan orang banyak, jangan cuma mengutamakan argumentasi pribadi/politiknya aja. Ingatlah, jabatan itu sebagai amanah rakyat bukanlah sebagai kendaraan pribadi/golongannya.Apalagi di akhirat nanti semua amal perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan dan ada balasannya sekecil apapun.
         Tahukah anda, dengan ditutupnya jalan raya depan masjid Jami’ kita membuat pengendara motor ataupun mobil hanya mempunyai satu jalur aja melewati depan kantor Pos sehingga jalan semakin padat oleh kendaraan apalagi pada jam-jam kerja dan pada malam minggu... bikin macet,” jelasku kemudian.
         Pelayan catering diam, saya juga diam. Dalam kediaman tersebut saya kembali teringat oleh janji-janjinya ketika masa kampanye, janji-janji manis yang membuat pendukungnya terlena dan terbuai oleh kata-katanya.. janji yang akhirnya hanyalah janji dengan sedikit bukti. Mungkin ini yang menyebabkan banyak orang memilih golput (golongan putih) dalam pemilihan, pikir saya.

         Wahai sang penguasa..
         Ingatlah akan amanah.
         Janganlah hanya berbicara..
         Buatlah kata menjadi nyata.
         Tak terasa terbesit dalam pikiranku, untaian kata untuk penguasa daerah. Sebagai ungkapan kekecewaan yang tidak mendapatkan tempat untuk disampaikan karena terganjal oleh birokrasi yang ruwet bin ribet.
Akhirnya, Amar berjalan lagi setelah sempat terhenti. Mengenang masa sambil tersenyum, kenangan ketika sebelum mengadu nasib ke kota Surabaya.. kota Pahlawan

                                                             *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar